Tahayul Natal
Tahayul Natal
Orang-orang Kristen percaya bahwa 25 Desember
adalah hari kelahiran tuhan mereka yaitu Yesus Kristus. Padahal tidak
ada sumber yang shahih, termasuk sejarah, yang bisa memastikan benarkah
tanggal itu kelahiran Yesus.
Sebaliknya, bukti-bukti justru menunjukkan bahwa
keyakinan penganut Nasrani itu tidak ada dasarnya dan salah besar.
Sebagian kaum Nasrani menyadari itu dan tidak mau merayakan Natal pada
25 Desember.
Zhahir Khan, Ketua Umum Lembaga Kristologi Indonesia menjelaskan,
Yesus atau Nabi Isa as sendiri tidak tahu menahu sama sekali dengan
Natal atau agama Kristen. Menurutnya, agama Kristen dibuat dan
disebarkan oleh Paulus, bukan Yesus.Ia kemudian mengutip sejarawan Yahudi bernama Max I Dimont. Dalam bukunya The Indestructible Jews halaman 227, disebutkan orang tidak boleh lupa bahwa Yesus itu tidak pernah beragama Kristen. Kata “Kristen” pertama kali dipakai di Kota Antiokia, Yunani, sekitar tahun 50 Masehi oleh Paulus.
Alasan lain? Yesus sendiri berbahasa Aramik bukan bahasa Yunani. “Dari situ saja sudah terlihat ajaran Kristen tidak benar,” tandasnya. Ia kemudian mengaitkan dengan firman Allah dalam Alquran bahwa Allah mengutus Nabi sesuai dengan bahasa tempat Nabi tersebut diutus. Bahasa Yunani adalah bahasanya Paulus.
Ia melanjutkan, hari Minggu, 25 Desember itu bukan hari dan tanggal kelahiran Yesus tetapi hari dan tanggal kelahiran Dewa Matahari. Karena itu dalam bahasa Inggris, hari Minggu itu disebut sebagai Sunday (sun=matahari, day=hari) atau day of god of sun, hari Dewa Matahari. Dalam bahasa Jerman Sunday berarti Sonntag (sonne=matahari, tag=hari). Bahasa Belanda juga sama zondag (zon=matahari, dag=hari). “Karena asal usulnya satu dari Yunani kemudian diterjemahkan ke bahasa-bahasa Barat,” jelasnya.
Kristolog Abu Deedat Syihabuddin pun sependapat dengan Zhahir Khan. Menurutnya, tanggal
25 Desember yang selama ini dijadikan perayaan hari kelahiran Yesus ini
merupakan pengadopsian dari kepercayaan kafir pagan zaman purba.
Ia mengutip berbagai litelatur Kristen sendiri seperti
dalam referensi-referensi Americana maupun Britanica. Semua menjelaskan
perayaan Natal pada 25 Desember sebetulnya untuk mengambil alih dari
tradisi kepercayaan paganis.
Abu Deedat menjelaskan, saat itu di abad ke-4 Masehi,
kaisar paganis sebelum memeluk Kristen, percaya pada Dewa Matahari. Dewa
tersebut diyakininya lahir pada 25 Desember. Nah, setelah dia masuk
Kristen, tanggal 25 Desember dia adopsi sebagai hari kelahiran Yesus
karena sama-sama sebagai penerang dunia. “Jadi perayaan Natal itu
dimulai pada abad ke-4, sebelumnya tidak pernah dikenal adanya Natal,”
tandasnya.
Ada pun yang disimbolkan dengan pohon
Natal yang di atasnya ada bintang-bintang dan di bawahnya salju,
menurutnya, juga salah besar. “Kan tidak mungkin bintang dan salju bisa
terlihat bersamaan. Karena salju munculnya bukan pada musim panas tetapi
musim dingin,” paparnya.
Ia menegaskan bahwa bahwa itu memang bukan tradisi awal
Kristen tetapi tradisi kafir pagan. Karena kaum pagan mengaitkan pohon
cemara tersebut dengan penyembahan pada Dewa Matahari. Itu merupakan
simbol bergantinya matahari tua yang ditandai dengan musim dingin akan
diganti dengan matahari baru yang ditandai dengan musim panas.
“Jadi tanggal, pohon, salju dan bintang itu semua tidak
ada hubungannya dengan kelahiran Yesus. Itu murni hanya pengadopsian
terhadap kepercayaan kafir pagan yang meyakini Dewa Mataharinya lahir
pada 25 Desember,” tandas Abu Deedat. Ia menambahkan, semua sejarawan
sepakat Yesus lahir di Nazaret (Yerusalem) meski tidak tahu kepastian
tanggalnya. Yang pasti di sana tidak pernah ada musim salju.
Kesalahan kaum Kristen ini semakin tegas, menurut Kristolog Irena Handono, setelah Paus Benedictus XVI. Ia menulis sebuah buku, ‘Jesus of Nazareth: The Infancy Narrative’ yang
diluncurkan Rabu (21/11/2012). Ia membongkar beberapa fakta yang
mengejutkan seputar kelahiran Yesus Kristus. Antara lain, kalender
Kristen salah. Perhitungan tentang kelahiran Yesus yang selama ini
diyakini adalah keliru. Kemungkinan, Yesus dilahirkan antara tahun 6 SM
dan 4 SM.
Selain itu, materi-materi yang muncul dalam tradisi
perayaan Natal, seperti rusa, keledai dan binatang-binatang lainnya
dalam kisah kelahiran Yesus, menurutnya, sebenarnya tidak ada. Alias
hanya mengada-ada. Nah loh.
Sementara terkait Sinterklas atau Santa Klaus, ternyata
itu juga bukan tradisi Kristen melainkan tradisi yang berkembang di
Eropa. Ada yang menyebut itu dari St. Nicholas dari Myra (di Turki), 280
SM. Ia adalah seorang kaya yang menjual seluruh hartanya menolong orang
banyak. Ia menjadi pelindung anak-anak dan pelaut. Hari rayanya
dirayakan pada tanggal 6 Desember. Di Belanda, tradisi Sinterklas
dirayakan di malam hari tanggal 5 Desember di mana seluruh keluarga
berkumpul dan merayakannnya dengan memberikan hadiah kejutan (surprise), diiringi pembacaan puisi yang biasanya isinya penuh humor.
Di Jerman dan Swiss, dikenal Christkind atau Kris Kringle yang
dipercai membawa hadiah bagi anak-anak yang berkelakuan baik. Di
Skandinavia, ada peri riang yang bernama Jultomten yang
mengantarkan hadiah Natal dengan kereta yang ditarik kambing. Di Itali
ada cerita yang sama, yaitu La Befana. Ia adalah seorang penyihir ramah
yang mengendarai sapu terbang. Ia masuk ke cerobong asap di rumah-rumah
untuk mengantarkan mainan ke dalam kaus kaki anak-anak yang beruntung
mendapatkan hadiah. [] Mujiyanto
Murka Allah kepada Penyembah Yesus
Perilaku orang-orang Kristen ini sangat dimurkai oleh Allah. Inilah yang digambarkan dalam Alquran surat Maryam: 88-92. “Dan
mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.
Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat
mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah,
dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menda’wakan Allah Yang Maha
Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah
mengambil (mempunyai) anak”.
Allah menyifati orang-orang yang mengatakan bahwa Allah
mempunyai anak sebagai orang-orang yang sangat mungkar. Allah sangat
murka terhadap mereka ini karena kelancangan mulut mereka merendahkan
martabat Yang Maha Tinggi seakan-akan Dia disamakan saja dengan manusia
dan makhluk-makhluk-Nya yang lain yang berkehendak kepada anak dan
keturunan yang akan melanjutkan kelangsungan adanya (eksistensinya)
dikemudian hari dan yang akan menolong membantunya di kala ia telah tua
menjadi lemah tak berdaya.
Padahal Dia-lah Yang hidup Kekal Senantiasa berdiri
sendiri tak memerlukan pertolongan atau bantuan dari selain-Nya,
sebagaimana tersebut dalam firman-Nya: “Allah, tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup Kekal terus menerus mengurus
makhluk Nya.” (TQS. Ali Imran: 2)
Andai bumi, langit dan gunung-gunung mendengar dan
memahami ucapan orang-orang kafir itu, tentulah langit, bumi dan
gunung-gunung itu akan terguncang dengan dahsyatnya karena kaget dan
terhanyut dan mungkin akan menjadi hancur lebur, karena tidak dapat
menerima kata-kata tersebut. Ini adalah suatu sindiran yang sangat tajam
dan celaan yang amat keras terhadap orang-orang kafir itu.
Allah menjawab dengan sangat tegas dan jelas perkataan
orang kafir dengan firmannya: “Padahal tidak layak bagi Tuhan Yang Maha
Pemurah mengambil (mempunyai) anak”.[](mediaumat.com, 25/12)
copas dari :http://hizbut-tahrir.or.id/2012/12/25/tahayul-natal/
Komentar
Posting Komentar
Silahkan kasi komentar dan sarannya yah :D