10 kesalahan berfikir
10 kesalahan berfikir
1. Over-Generalisation
: Yaitu, penggunaan satu dua kasus untuk mendukung argumen yang
bersifat umum. Kerancuan berpikir seperti ini acap kali terjadi dalam
lingkungan kita. Misalnya, ketika sebagian teroris itu adalah memeluk
agama Islam. Maka dengan serta merta Amerika dan Dunia Barat mengatakan
bahwa Islam adalah teroris. Nampaknya negara super power itu terjebak
dengan apa yang kita sebut dengan over-generalisation. Demikian pun
halnya apa yang dikatakan Karen Armstrong penulis yang terkenal itu
dalam bukunya “A history of God, Nizam Press 2001”, bahwa Tuhan telah
mati, karena di Eropa gereja-gereja sudah kosong. Ini adalah salah satu
bentuk kesalahan berpikir juga, karena tidak bisa gereja yang kosong
dijadikan parameter tentang matinya Tuhan, bukankah gereja hanya milik
orang Kristen saja dan bukankah pula itu terjadi hanya di Eropa saja.
Bagaimana dengan Tuhannya orang Islam, Hindu, Budha ? bagaimana dengan
gereja-gereja di luar Eropa?.
2. Post Hoc Ergo Proter Hoc :
Inti dari kesalahan berpikir ini ketika seseorang berargumentasi dengan
menghubungkan sesuatu yang tidak berhubungan. Misalnya, ketika KH.
Zainuddin MZ dalam salah satu kegiatan tournya untuk ceramah keliling di
berbagai daerah. Di salah satu daerah sebelum beliau naik mimbar untuk
berceramah hujan begitu deras turun dan ketika ia naik untuk ceramah
maka hujan pun jadi reda. Lalu orang di dalam mesjid pada umumnya
mengambil kesimpulan bahwa karena K.H.Zainuddin MZ lah sehingga hujan
menjadi reda, nampaknya para penikmat ceramah telah terjebak dalam
kesalahan berpikir tersebut.
3. Argumentum Ad Verecundiam :
Berargumentasi dengan menggunakan otoritas seseorang yang belum tentu
benar atau berhubungan demi membela kepentingannya dalam hal ini
kebenaran argumentasinya. Seperti contoh yang sangat ekstrim pada
doktrin yang beredar dalam masyarakat kita yang difatwakan Ibnu Taimiyah
yang berbunyi; “Barang siapa yang berlogika maka ia kafir” sehingga
dari fatwa yang belum tentu benar ini, seringkali saya bertemu orang
yang mengambil kesimpulan bahwa karena Ibnu Taimiyah mengharamkan logika
maka kita hendaknya tidak belajar logika atau karena Imam Al-Ghazali
melarang filsafat maka haram hukumnya belajar filsafat. Maka seluruh
umat Islam jangan belajar filsafat, karena hal itu menyesatkan. Di sini
kita terjebak Argumentum Ad Verecumdiam. Adapun argumentasi tentang
ketidak-benaran kedua fatwa tersebut akan kita bahas pada pembahasan
doktrin-doktrin yang keliru.
4. Circular Reasoning : Circular
Reasoning artinya pemikiran yang berputar-putar, menggunakan kesimpulan
untuk mendukung asumsi yang digunakan lagi untuk mendukung kesimpulan
awal. Misalnya terjadi perdebatan tentang pembuktian keberadaan Tuhan
dengan mengatakan bahwa “adanya Tuhan terbukti karena adanya alam ini,
karena Tuhanlah yang menciptakan alam”. Tetapi jika ditanya, apa
buktinya bahwa alam ini Tuhan yang ciptakan ? Ya.., karena Tuhan maha
pencipta maka alam ini Tuhan yang ciptakan. Terus ditanya lagi apa bukti
bahwa Tuhan maha pencipta? Ya.., tentu saja karena adanya alam ini.
Dengan jawaban seperti ini, kita akan kembali masalah awal lagi.
Perdebatan ini terus berputar di sekitar itu saja. Contoh lain ketika
seorang peserta Bastra (Basic Training) HMI berdebat dengan saya, ia
ingin membuktikan ketauhidannya dengan mengatakan bahwa “Hanya ada satu
Tuhan yakni Allah”. Dan saya balik tanya apa buktinya bahwa Allah itu
satu? Ya .., tentu saja Allah itu satu karena jika lebih dari satu Allah
itu akan berkelahi dengan Tuhan lainnya. Terus saya tanya lagi, apa
buktinya jika Allah lebih dari satu itu akan berkelahi? Ya.., tentu saja
karena jika Allah satu dia tidak akan berkelahi karena tidak ada
lawannya berkelahi. Terus ditanya lagi, apa buktinya bahwa Allah itu
satu. Ya.., kalau Allah lebih dari satu ia akan berkelahi. Yah…kembali
lagi kepermasalahan awal ! Inilah contoh Circular Reasoning. Ini sama
saja pernyataan bahwa Tuhan itu terbukti adil karena jika dia tidak adil
dia bukan Tuhan. Makanya Tuhan itu terbukti adil.
5. Black and White Fallacy :
Inti dari kesalahan berfikir ini ketika seseorang melakukan penilaian
atau berargumentasi berdasarkan dua alternative saja dan menafikan
alternative lain.
6. The Fallacy of Illicit Minor :
Kesalahan berfikir ini terjadi dikarenakan menghubungkan pernyataan
yang bersifat khusus dengan pernyataan yang bersifat umum dengan cara
melampaui hubungan kedua pernyataan tersebut. Misalnya, Pernyataan
pertama, wajah Laskar Jihad seram-seram. Pernyataan kedua, Laskar Jihad
adalah umat Islam. Kesimpulan, wajah umat Islam seram-seram.
7. The Fallacy of Illicit Mayor :
Kesalahan berfikir ini kebalikan dari point enam, yakni menghubungkan
pernyataan yang bersifat umum dengan pernyataan yang bersifat khusus
meskipun melampaui hubungan keduanya. Contoh ; Premis pertama : Manusia
bisa salah. Premis kedua : Muhammad SAW manusia. Kesimpulan : Muhammad
SAW bisa salah. Bandingkan Premis pertama : Manusia bisa benar. Premis
kedua : Fir’aun manusia. Kesimpulan : Fir’aun bisa benar. Dan apakah ini
berarti Fir’aun pasti benar. Dan jika premis ini kita terima berarti,
Al Qur’an pun menjadi bisa salah yang memastikan Fir’aun salah, yang
ternyata Fir’aunnya bisa benar.
8. Argumentum Ad Miseria :
Kesalahan berfikir karena menarik kesimpulan dengan berdasarkan rasa
kasihan tanpa berdasarkan bukti. Misalnya, “memang benar Soeharto itu
korupsi, tetapi dia kan juga mantan Presiden kita.
9. The Fallacy Of The Undistrubed Midle Term :
Kesalahan berfikir karena orang yang mengambil kesimpulan tidak
melakukan sesuatu apapun selain menghubungkan dua ide dengan ide ketiga,
dan dalam kesimpulannya orang yang mengambil ide mengklaim bahwa telah
menghubungkan satu sama lain. Misalnya, Katolik percaya adanya sistem
kependetaan yang harus diikuti. Islam percaya adanya sistem keulamaan
yang harus diikuti. Jadi Islam itu identik dengan Katolik, ini sama saja
dengan kesalahan kesimpulan premis berikut; jika 2+2 = 4 dan 100-96 = 4
maka 2+2 itu identik dengan 100-96. Atau Islam percaya sama Tuhan,
Hindu percaya sama Tuhan, apakah ini berarti Islam dan Hindu identik?.
10. Fallacy Determinisme Paranoid : Pada
umumnya istilah paranoid kita kenal dalam disiplin ilmu psikologi.
Yaitu suatu kondisi kejiwaan seseorang yang merasakan rasa takut yang
berlebihan tanpa alasan yang patut dibenarkan. Biasanya kasus ini kita
temukan pada orang yang trauma atau memakai sabu-sabu (salah satu jenis
narkoba). Tetapi dalam kesempatan ini kita membahas paranoid yang timbul
karena kesalahan berfikir, yakni adanya rasa takut yang berlebihan
karena tekanan kebodohannya. Contohnya sederhana dalam salah satu
pengkaderan yang dilakukan MPM (Mahasiswa Pencinta Musallah) biasanya
disebut dengan istilah pesantren kilat, dimana sedini awal ditanamkan
(didoktrin) agar jangan baca buku-buku penerbit Mizan, Lentera, dan
buku-buku Kiri!. Nanti kamu sesat !, Setelah kita mengetahui beberapa
kesalahan berfikir cukuplah kiranya bagi kita untuk tidak melakukannya
lagi. Karena ibarat sebuah semesta himpunan yang memiliki anggota
seluruh peristiwa yang terjadi dalam diri kita, kemudian dalam diagram
venn itu di tengah-tengahnya terdapat himpunan peristiwa yang
berdasarkan akal, sedang di luar himpunan itu adalah negasinya, yaitu
himpunan peristiwa yang berdasarkan setan. Dengan mengetahui hal-hal
yang berdasarkan setan, kita bisa menarik garis pembatas lingkaran yang
ada di pusat ini menjadi batas dari akal dan setan. Dan dengan
mengetahui garis pembatas ini, dimasa depan kita tidak bakalan terbujuk
lagi dengan setan dalam bentuk kesalahan-kesalahan berfikir.
SEKEDAR TAMBAHAN, SETAN JUGA BISA BERBENTUK KESALAHAN BERFIKIR YANG MENGAKIBATKAN PENYAKIT HATI SEPERTI; IRI HATI, SOMBONG, KIKIR, DAN BANYAK LAGI. DAN UNTUK MEMBAHASNYA ITU DI LUAR TEMA LEMBARAN INI DAN KEMAMPUAN KAMI.
cc: http://fhianunikoe.blogspot.com
cc: http://fhianunikoe.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar
Silahkan kasi komentar dan sarannya yah :D